Kamis, 30 Januari 2014

Sejarah Ekonomi Islam


Perkembangan Studi Islam 

Sejarah perkembangan studi ekonomi Islam dapat dibagi pada empat fase:

Fase pertama, masa pertumbuhan
Fase kedua, masa keemasan
Fase ketiga, masa kemunduran dan
Fase keempat, masa kesadaran

Masa pertumbuhan terjadi pada awal masa berdirinya negara Islam di Madinah. Meskipun belum dikatakan sempurna sebagai sebuah studi ekonomi, tapi masa itu merupakan benih bagi tonggak-tonggak timbulnya dasar ekonomi Islam. Secara amaliyah, segala dasar dan praktek ekonomi Islam sebagai sebuah sistem telah dipraktekkan pada masa itu, tentunya dengan kondisi yang amat sederhana sesuai dengan masanya. Lembaga keuangan seperti bank dan perusahan besar (PT) tentunya belum ditemukan. Namun demikian lembaga moneter di tingkat pemerintahan telah ada, yaitu berupa Baitul Mal. Perusahaan (PT) pun telah dipaktekkan dalam skala kecil dalam bentuk musyarakah.

Setelah terjadi beberapa perkembangan dalam kegiatan ekonomi, pada abad ke 2 Hijriyah para ulama mulai meletakkan kaidah-kaidah bagi dibangunnya sistem ekonomi Islam di sebuah negara atau pemerintahan. Kaidah-kaidah ini mencakup cara-cara bertransaksi (akad), pengharaman riba, penentuan harga, hukum syarikah (PT), pengaturan pasar dan lain sebagainya. Namun kaidah-kaidah yang telah disusun ini masih berupa pasal-pasal yang tercecer dalam buku-buku fiqih dan belum menjadi sebuah buku dengan judul ekonomi Islam. Beberapa karya fiqih yang mengetengahkan persoalan ekonomi, antara lain:

Fiqih Mazdhab Maliki: Al-Mudawwanah al-Kubrto, karya Imam Malik (93-179 H) Bidayatul Mujtahid, karya Ibnu Rusyd (wafat 595 H) Al-Jami’ Li Ahkam al-Quran, karya Imam al-Quirthubi (wafat 671 H) Al-Syarhu al-Kabir, karya Imam Ahmad al-Dardir (wafat 1201 H)

Fiqih Mazdhab Hanafi: Ahkam al-Quran, karya Imam Abu Bakar Al-Jassos (wafat 370 H) Al-Mabsut, karya Imam Syamsuddin al-Syarkhsi (wafat 483 H) Tuhfah al-Fuqoha, karya Imam Alauddin al-Samarqandu (wafat 540 H) Bada’i al-Sona’i, karya Imam Alauddin Al-Kasani (wafat 587 H)

Fiqih Mazdhab Syafi’I: Al-Umm, karya Imam Syafi’I (150-204 H) Al-Ahkam al-Sulthoniyah, karya Al-Mawardi (wafat 450 H) Al-Majmu’, karya Imam An-Nawawi (wafat 657 H) Al-Asybah Wa al-Nadzoir, karya Jalaluddin al-Suyuthi (wafat 911 H) Nihayah al-Muhtaj, karya Syamsuddin al-Romli (wafat 1004 H)

Fiqih Mazdhab Hambali: Al-Ahkam al-Sulthoniyah, karya Qodhi Abu Ya’la (wafat 458 H) Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah (wafat 620 H) Al-Fatawa al-Kubro, karya Ibnu Taimiyah (wafat 728 H) A’lamul Muwaqi’in, karya Ibnu qoyim al-Jauziyah (wafat 751 H) Ibnu Hazm dalam kitabnya “Al-Muhalla” misalnya, memberi penjelasan tentang kewajiban negara menjamin kesejahteraan minimal bagi setiap warga mengara. Konsep ini telah melampaui pemikiran ahli ekonomi saat ini. Demikian pula halnya dengan karya-karya fiqih lain, ia telah meletakkan konsep-konsep ekonomi Islam, seperti prinsip kebebasan dan batasan berekonomi, seberapa jauh intervensi negara dalam kegiatan roda ekonomi, konsep pemilikan swasta (pribadi) dan pemilikan umum dan lain sebagainya. Meskipun permasalahan ekonomi telah dibahas secara acak pada buku-buku fiqih, namun pada pase ini terdapat juga karya-karya tentang ekonomi Islam yang membahas secara khusus tentang ekonomi. Karya-karya ini tentunya telah mendahului karya-karya ahli ekonomi Barat saat ini, sebab karya-karya kaum muslimin dalam bidang ini telah ada sejak abad ke 7 M

Karya-karya tersebut antara lain: Kitab Al-Khoroj, karya Abu Yusuf (wafat 182 H/762 M) Abu Yusuf adalah seorang qadli (hakim) pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Pada saat iitu Harun al-Rasyid meminta beliau menulis tentang pendapatan negara dalam bentuk khoroj (sejenis pajak), zakat, jizyah dan lainnya untuk dijadikan pegangan hukum negara (semacam KUHP sekarang). Dalam mukaddimahnya, Abu Yusuf menulis: “Telah saya tulis apa yang menjadi permintaan tuan, saya pun telah menjelaskannya secara rinci. Oleh karena itu pelajarilah. Saya telah bekerja keras untuk itu dan saya berharap agar tuan dan kaum muslimin memberi masukan. Hal itu karena semata-mata mengharap ridho Allah serta takut akan azabNya. Bila kitab ini sudah jelas, saya berharap agar tuan tidak memungut pajak dengan cara-cara yang zalim dan berbuat tidak baik terhadap rakyat tuan”.

Kitab Al-Khoroj, karya Imam Yahya al-Qursyi (204 H/774 M) Kitab Al-Amwal, karya Abu Ubaid bin Salam (wafat 224 H/774 M) Kitab ini telah banyak ditahkik dan dita’liq (dikomentari) oleh Muhammad Hamid Al-Fahi, salah seorang ulama Al-Azhar. Kitab ini pun termasuk kitab terlengkap dalam membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan harta di Daulah Islamiyah.

Al-Iktisab Fi al-Rizqi, karya Imam Muhammad al-syaibani (wafat 334 H/815 M) Dan karya-karya lainnya seperti karya Ibnu Kholdun, Al-Maqrizi, Al-Aini dan lain-lain Di penghujung abad 14 dan 15 M merupakan titik awal bagi adanya aliran keilmiahan dalam bidang ekonomi modern. Bahkan Syaikh Mahmud Syabanah, mantan wakil rektor Al-Azhar menyatakan bahwa kitab “Mukaddimah” karya Ibnu Kholdun yang terbit pada tahun 784 H atau sekitar abad 13 hingga 14 M adalah bentuk karya yang mirip dengan karya Adam Smith. Bahkan dalam karyanya, ibnu Kholdun juga menulis tentang asas-asas dan berkembangnya peradaban, produktifitas sumber-sumber penghasilan, bentu-bentuk kegiatan ekonomi, teori harga, migrasi penduduk dan lain-lain. Sehingga isi kedua karya ini hampir sama. Perbedaannya hanya terletak pada kondisi dan lingkungan.

Dengan ditutupnya opintu ijihad, maka dalam menghadapi perubahan sosial, prinsip-prinsip Islam pada umumnya dan prinsip ekonomi khususnya, tidak berfungsi secara optimal, karena para ulama seakan tidak siap dan berani untuk langsung menelaah kembali sumber asli tasyri’ dalam menjawab perubahan-perubahan tersebut. Mereka lebih suka merujuk pada pendapat imam-imam mazdhab terdahulu dalam mengistimbat suatu hukum, sehingga ilmu-ilmu keislaman lebih bersifat pengulangan dari pada bersifat penemuan.

Tradisi taklid ini menimbulkan stagnasi (kejumudan) dalam mediscover ilmu-ilmu baru, khususnya dalam menjawab hajat manusia di bidang ekonomi. Padahal ijtihad adalah sumber kedua Islam setelah al-Quran dan as-Sunnah. Dan pukulan telak terhadap Islam adalah ketika ditutupnya pintu ijtihad tersebut.

Sejak ditutupnya pintu ijtihad pada abad 15 H, hubungan antara sebagian masyarakat dengan penerapan syariat Islam yang sahih menjadi renggang. Sebagaimana juga telah terhentinya studi-studi tentang ekonomi Islam, hingga sebagian orang telah lupa sama sekali, bahkan ada sebagian pihak yang mengingkari istilah “ekonomi Islam”. Ajaran Islam akhirnya terpojok pada hal-hal ibadah mahdloh dan persoalan perdata saja. Lebih ironis lagi sebagian hal itu pun masih jauh dari ajaran Islam yang benar.

Namun demikian, meskipun studi ilmiah modern dalam bidang ekonomi masih sangat terbatas, namun usaha-usaha telah dilakukan, antara lain: Pertama, studi ekonomi mikro. Dalam hal ini studi terfokus pada masalah-masalah yang terpisah, seperti pembahasan tentang riba, monopoli, penentuan harga, perbankan, asuransi kebebasan dan intervensi pemerintah pada kegiatan ekonomi dan lain-lain. Langkah ini terlihat dari diadakannya beberapa seminar dan muktamar, antara lain:

Muktamar Internasional tentang fiqih Islam Pada Muktamar Fiqih Islam pertama yang diadakan di Paris tahun 1951 dibahas masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi, riba dan konsep pemilikan. Muktamarr Fiqih Islam kedua diadakan di Damaskus pada bulan April 1961. Dalam muktamar tersebut dibahas tentang asuransi dan sistem hisbah (pengawasan) menurut Islam. Muktamar Fiqih Islam ketiga diadakan di Kairo pada Mei 1967, membahas tentang asuransi sosial (takaful) menurut Islam Muktamar Fiqih Islam keempat diadakan di Tunis pada bulan Januari 1975, membahas masalah pemalsuan dan monopoli. Muktamar Fiqih Islam kelima diadakan di Riyadh pada bulan Nopember 1977 membahas tentang sistem pemilikan dan status sosial menurut Islam. Muktamar Fiqih Islam sedunia, diadakan di Riyadh juga yang diorganisir oleh Universitas Imam Muhammad bin Saud pada tanggal 23 Oktober hingga Nopemebr 1976, membahas tentang perbankan Islam antara teori dan praktek dan pengaruh penerapan ekonomi Islam di tengah-tengah masyarakat.

Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia

Dalam bentuk praktek, ekonomi islam telah berkembang dalam bentuk lembaga perbankan dan juga lembaga-lembaga islam non bank lainya. Sampai saat ini, lembaga perbankan dan lembaga keuangan islam lainya telah menyebar ke 75 negara termasuk ke negara barat (WASPADA online). Di Indonesia, perkembangan pembelajaran dan pelaksanaan ekonomi islam juga telah mengalami kemajuan yang pesat. Pembelajaran tentang ekonomi islam telah diajarkan di beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta. Perkembangan ekonomi islam telah mulai mendapatkan momentum sejak didirikannya Bank Muamalat pada tahun 1992. Berbagai Undang-Undangnya yang mendukung tentang sistem ekonomi tersebutpun mulai dibuat, seperti UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana yang telah diubah dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahkan mendapat dukungan langsung dari bapak wakil presiden Indonesia, Jusuf Kalla.

Sejarah Berdirinya Sebenarnya aksi maupun pemikiran tentang ekonomi berdasarkan islam memiliki sejarah yang amat panjang. Pada sekitar tahun 1911 telah berdiri organisasi Syarikat Dagang Islam yang beranggotakan tokoh-tokoh atau intelektual muslim saat itu, serta ekonomi islam ini sesuai dengan pedoman seluruh umat islam di dunia yaitu di dalam Al-Qur’an yang mengatakan bahwa jika kamu akan bermuamalah, hendaklah kamu menuliskannya dengan benar, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakannya (apa yang akan dituliskan itu), dan janganlah orang itu mengurangi sedikit pun dari utangnya. Jika orang yang mengutang itu lemah akalnya atau lemah keadaanya atau tidak mampu mengimlakannya, maka hendaklah walinya yang mengimlakannya dengan jujur. Selain itu juga harus didatangkan dua orang saksi dari orang lelaki. Jika tidak ada maka boleh dengan seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu kehendaki, dan jangalah saksi itu enggan memberikan memberi keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah engkau jemu menulis utang itu baik kecil maupun besar sampai batas waktu pembayaranya. Kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai kamu, maka tak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskanya. Dan persaksikanlah apabila kau berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan (Q, S Al-Baqarah: 282).

Perkembangan ekonomi islam yang semakin marak ini merupakan cerminan dan kerinduan umat islam di Indonesia ini khususnya seorang pedagang, berinvestasi, bahkan berbisnis yang secara islami dan diridhoi oleh Allah swt. Dukungan serta komitmen dari Bank Indonesia dalam keikutsertaanya dalam perkembangan ekonomi islam dalam negeripun merupakan jawaban atas gairah dan kerinduan dan telah menjadi awalan bergeraknya pemikiran dan praktek ekonomi islam di dalam negeri, juga sebagai pembaharuan ekonomi dalam negeri yang masih penuh kerusakan ini, serta awal kebangkitan ekonomi islam di Indonesia maupun di seluruh dunia, misalnya di Indonesia berdiri Bank Muamalat tahun 1992.

Pada awal tahun 1997, terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak besar terhadap goncangan lembaga perbankan yang berakhir likuidasi pada sejumlah bank, Bank Islam atau Bank Syariah malah bertambah semakin pesat. Pada tahun 1998, sistem perbankan islam dan gerakan ekonomi islam di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Tantangan yang harus dihadapi Namun selain itu sesuai dengan perkembangan ekonomi global dan semakin meningkatnya minat masyarakat dengan ekonomi perbankan secara islami, ekonomi islam mendapat tantangan yang sangat besar pula. Setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi, yaitu: Pertama, ujian atas kredibilitas sistem ekonomi dan keuanganya. Kedua, bagaimana sistem ekonomi islam dapat meningkatkan dan menjamin atas kelangsungan hidup dan kesejahteraan seluruh umat, dapat menghapus kemiskinan dan pengangguran di Indonesia ini yang semakin marak, serta dapat memajukan ekonomi dalam negeri yang masih terpuruk dan dinilai rendah oleh negara lain. Dan yang ketiga, mengenai perangkat peraturan; hukum dan kebijakan baik dalam skala nasional maupun dalam skala internasional. Untuk menjawab pertanyaan itu, telah dibentuk sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang tersebut yaitu organisasi IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia).

Organisasi tersebut didirikan dimaksudkan untuk membangun jaringan kerja sama dalam mengembangkan ekonomi islam di Indonesia baik secara akademis maupun secara praktek. Dengan berdirinya organisasi tersebut, diharapkan agar para ahli ekonomi islam yang terdiri dari akademisi dan praktisi dapat bekerja sama untuk menjalankan pendapat dan aksinya secara bersama-sama, baik dalam penyelenggaraan kajian melalui forum-forum ilmiah ataupun riset, maupun dalam melaksankan pengenalan tentang sistem ekonomi islam kepada masyarakat luas. Dengan cara seperti itu, maka InsyaAllah segala ujian yang diberikan dapat dipikirkan dan ditemukan solusinya secara bersama sehingga pergerakannya bisa lebih efektif dalam pembangunan ekonomi seluruh umat.

Harus diakui bahwa perkembangan ekonomi islam merupakan bagian penting dari pembangunan ekonomi bangsa dan juga mayoritas muslim, bukan hanya sebuah gerakan sebagaimana penilaian dan pemikiran oleh sebagian orang yang sama sekali tidak paham tentang karakteristik ekonomi syari’ah. Hikmah didirikannya ekonomi islampun sangat banyak, salah satunya praktek ekonomi islam ini mengajarkan pada kita bahwa perbuatan riba (melebih-lebihkan) itu adalah perbuatan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan mengajarkan pada kita agar menjauhi perbuatan tersebut. Selain itu ekonomi islam juga sebagai wadah menyimpan dan meminjam uang secara halal dan diridhoi oleh Allah SWT. Masa Pertumbuhan  Masa Keemasan Dari kitab-kitab tersebut, bila dikaji, maka akan ditemukan banyak hal tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi Islam, baik sebagai sebuah sistem maupun keterangan tentang solusi Islam bagi problem-problem ekonomi pada masa itu.Karya-karya Khusus Tentang Ekonomi Masa Kemunduran  Masa Kesadaran Kembali 
Ekonomi islam dalam tiga dasawarsa ini mengalami kemajuan yang pesat, baik dalam kajian akademis di perguruan tinggi maupun dalam praktek operasional. Dalam bentuk pengajaran, ekonomi islam telah dikembangkan di beberapa universitas baik di negara-negara muslim, maupun di negara-negara barat, seperti USA, Inggris, Australia, dan Iain-lain.

Sumber :
http://ekiselrahma.ohlog.com/
http://vhara.wordpress.com/perkembangan-ekonomi-islam-di-indonesia/

Rabu, 29 Januari 2014

Seminar

Tahun lalu tepatnya hari Sabtu, 28 September 2013, Saya mengikuti seminar yang bertema "TNT (Tips 'N Trick. Let's Be Success Moslem) yang diadakan oleh Fajrul Islam Gunadarma yang bertempat di Kampus D Gunadarma. Saat itu seminar diisi oleh beberapa pembicara dan salah satunya adalah Ust. Arsal Sjah, beliau adalah seorang motivator trainer, leadership trainer, character building trainer dan spiritual motivation. Materi yang beliau bicarakan menurut Saya menarik, saat itu beliau memberi materi dengan bahasa Inggris yang berformat power point dan diselingi dengan video sehingga tidak membuat bosan. Materi yang disampaikan bercerita tentang sisi lain dari pensil, dibawah ini Saya akan mensharing lagi materi yang disampaikan beliau.



The pencil parable (Perumpamaan pensil)
Kata pembuat pensil--> "There are five things you need to know before i send you out into the world. Always remember them and you will become the best pencil you can be"
(Ada lima hal yang perlu Anda ketahui sebelum saya mengirim Anda keluar ke dunia. Selalu ingat mereka dan Anda akan menjadi pensil terbaik yang Anda bisa)

Ada 5 hal yang dikatakan pembuat pensil untuk pensil yang dibuatnya :

  1. You will be able to do many great things, but only if you allow your self to be held in some one's hand. (Anda akan mampu melakukan banyak hal-hal besar, tetapi hanya jika Anda membiarkan diri Anda yang akan mengizinkan di tangan beberapa seseorang.)
  2. You will experience a pain full sharpening from time to time, but this is required if you are to become a better pencil. (Anda akan mengalami sakit mengasah penuh dari waktu ke waktu, tetapi ini dibutuhkan jika Anda ingin menjadi pensil yang lebih baik.)
  3. You have the ability to correct any mistakes you might make. (Anda memiliki kemampuan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin Anda buat.)
  4. The most important part of you will always be what's inside. (Bagian paling penting dari Anda akan selalu menjadi apa yang ada di dalamnya.)
  5. No matter what the condition, you must continue to write. You must always leave a clear, legible mark no matter how difficult the situation. (Tidak peduli apa kondisi, Anda harus terus menulis. Anda harus selalu meninggalkan jelas, tanda terbaca tidak peduli betapa sulitnya situasi.)
Intinya dari cerita yang disampaikan beliau adalah kiasan sisi lain dari pensil yang hanya terbuat dari kayu berisi karbon yang dapat memberi pelajaran tentang kehidupan manusia dan bermanfaat untuk orang disekitarnya.
Dari seminar itu, Saya mendapat banyak sekali pelajaran penting. Dan Saya juga mengutip kalimat dari beliau yaitu " Jadilah manusia yang lebih baik lagi,bermanfaat untuk orang lain dan Jangan takut dengan rasa takut akan menjadi berani".
Semoga Bermanfaat...



Minggu, 26 Januari 2014

Rangkuman Buku

                                     

Judul Buku    : Menikmati Hidup Cara Rasulullah saw
Tebal Buku    : 278 halaman
Penulis           : H A M B A
Penerbit         : Pustaka Ibnu Abbas
Kota Terbit    : Depok
Tahun Terbit : 2010

Buku yang berjudul "Menikmati Hidup Cara Rasulullah saw" ini menjelaskan tentang cara maupun sikap Muhammad saw dalam kehidupan sehari-hari dilingkungannya dan patut kita contoh. Berikut merupakan point-point dari setiap judulnya.

1. Mengapa Meski Muhammad saw?
  • Muhammad saw adalah manusia luar biasa, namun beliau adalah orang yang sangat sederhana dan bukti kebenaran dari hakikat Wujud Yang Benar.
  • Sosok yang mulai fisik sampai rohaninya sangat mengagumkan, tidak ada celah padanya yang logis untuk dicela.
  • Mempunyai 4 tipe manusia dalam pribadi manusia agung ini yaitu, Pekerja, Pemikir, Pengabdi, dan Seniman.
2. Tidak Mempermasalahkan Masalah
  • Biasakan diri kita bersikap toleran. Jangan menyiksa diri dengan mencari-cari masalah, jangan membangkitkannya dan jangan suka memperdebatkannya.
  • Muhammad saw tidak pernah mempersoalkan masalah.
  • Renungan : Jangan menabur debu selagi diam. Apabila debu bertaburan, maka tutuplah rapat-rapat hidungmu dengan tangan.
3. Akui Kesalahan Dan Tidak Angkuh
  • Jika berharap orang lain mau menerima koreksian, usulan, atau mendengarkanarahan dan nasehat, maka berposisilah dahulu menerima koreksian usulan, atau mendengarkan arahan dan saran orang lain.
  • Tidak bersikap angkuh, meski terlihat lebih sukses dalam usaha, lebih berilmu, atau bahkan lebih kaya dan lebih tinggi jabatannya.
4. Tidak Menggurui
  • Mengutarakan perintah lebih baik dalam bentuk usulan.
  • Seperti Muhammad saw, menasehati tanpa menggurui.
  • Peristiwa Hudaybiyyah banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik untuk disosialisasikan dalam kehidupan masa kini.
5. Ucapan Yang Menyejukkan
  • Dalam menasehati, usahakan menggunakan kata-kata atau kalimat yang menyejukkan, bersahabat, tidak menggurui dan dalam bentuk usulan.
  • Muhammad saw selalu menasehati dengan ucapan yang menyejukkan hati.
  • Renungan : Tutur kata yang baik adalah bernilai sedekah.
6. Singkat, Padat, Dan Jangan Berdebat
  • Inti sebuah nasihat tidak harus berbicara banyak dan bertele-tele ketika menasehati.
  • Selain singkat kata-katanya dalam nasihat, hendaknya diupayakan juga dengan menghindari perdebatan.
  • Hindari emosi dan jangan mudah terpancing kedalam alam perdebatan.
7. Hadapi Keburukan Dengan Kebaikan
  • Allah menyuruh kita untuk bersabar saat emosi, memaafkan saat diberlakukan tidak baik.
  • Bila kita disakiti orang lain hanya dalam bentuk ejekan, sindiran atau apapun yang masih dibawah apa yang dialami Abu Bakar r.a, harusnya kita selalu berlapang dada, elegan dan selalu siap untuk memaafkan.
8. Menghindari Sirik / Dengki
  • Penangkal kedengkian yang dikupas oleh Ibnu Al-Qayyim tafsir Al-Qayyim :
  1. Berlindung kedapa Allah dari kejahatan orang yang dengki
  2. Bertaqwa kepada Allah. Yakni melaksanakan perintah dan menjauhi segala laranganNya
  3. Bersabar menghadapi musuh, tidak mau membunuh, dan tidak pernah mengeluh dalam menghadapi gangguannya
  4. Bertawakal kepada Allah. Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya
  5. Mengosongkan hati dari memikirkannya, dan selalu berusaha menghapusnya apabila terlintas dalam pikiran
  6. Menghadapkan diri kepada Allah, ikhlas kepada-Nya, dan selalu mencari cinta dan ridhaNya
  7. Bertaubat kepada Allah dari dosa-dosa yang pernah dilakukan, karena dosa-dosa tersebut membuat musuh dapat menguasai diri kita
  8. Bersedekah dan beramal saleh. Keduanya sangat besar manfaatnya untuk menolak bencana dan kejahatan orang-orang yang dengki
  9. Memadamkan kedengkian pendengki dan kejahatan penganiaya dengan cara berbuat baik kepadanya
  10. Ikhlas dalam meng-esa-kan Allah, yang merupakan Dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana
9. Tidak Banyak Omong
  • Puasa sebagai salah satu sarana efektif meredam nafsu banyak omong.
  • Meski ucapan yang disampaikan baik dan benar, tetapi harus yakin pula tepat guna atau maslahatnya.
10. Meski Beda, Kita Tetap Bersaudara
  • Rasulullah saw sebagai pendidik mengarahkan dan memaklumi setiap kondisi perbedaan yang terjadi, selama bukan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah dan perbuatan dosa. Dan kita tetap bersaudara.
11. Tidak Membunuh Diri Dengan Kesedihan
  • Nikmati hidup dengan kerelaan dan lapang dada menghadapi apa yang telah ditetapkan allah swt.
  • Upayakan seoptimal apa yang bisa kita lakukan dan menata sebaik mungkin, dengan tidak mengabaikan planning menghadapi masa depan.
12. Siap Kecewa
  • Siap kecewa dalam artian, kondisi psikologis yang muncul saat seseorang bersikap realistis menerima kenyataan yang berbeda dengan apa yang diharapkan.
  • Rasulullah saw berpesan agar bersikap "wajar" dalam mencintai maupun membenci.
  • Renungan : Ketika rejeki berhenti datang dari satu arah, berarti telah berpindah untuk keluar dari arah lain. Sebab rejeki tidak akan berhenti selama makhluk masih hidup.
13. Pastikan Kesalahan Sebelum Menasehati
  • Sebelum memulai menasehati atau mengajukan saran atau mengambil tindakan, terlebih dahulu mencari kejelasan duduk perkaranya.
  • Renungan : Mulutmu, Harimaumu. Menerkam didunia atau kelak di akhirat.
14. Memegang Teguh Prinsip
  • Maka prinsip merupakan unsur terpenting bagi seorang muslim adalah meniti maupun mengisi hidup dan kehidupan.
  • Apa yang telah dikatakan haram oleh syariat islam, kita wajib menyatakan dan menjadikannya sebagai prinsip yang tidak dapat diganggu gugat dan harus kita pengang teguh, disetiap waktu, tempat dan pada situasi dan kondisi, kecuali darurat yang ditetapkan syariat. 

15. Kesankan Yang Baik Kepada Orang Lain

  • Rasulullah saw mengajari para sahabat untuk mengesankan kepositifan dari pada kenegatifan, mengedapankan pujian (tidak berlebihan dan bukan untuk mencari muka) dari pada penghinaan dan menampakkan kebaikan kepada orang lain dari pada keburukan.
  • Mengesankan yang baik kepada orang lain demi kebaikan adalah salah satu kunci keberhasilan dalam kurun waktu relative singkat, disamping penegakan hukum dan aturan yang tegas. 

16. Menghindari Kebangkrutan

  • Dijelaskan oleh al-Raziy bahwa Allah swt lewat firmannya mengarahkan RasulNya agar tetap berada digaris keadilan, dengan menggunakan 4 tahap berikut :
  1. Yakni apabila engkau bermaksud menuntut kesetaraan, maka hendaknya merasa puas dengan kesepadanan dalam membalas, jangan melebihi.
  2. Peralihan cara sindiran kepada cara langsung.
  3. Adanya perintah yang tegas untuk tidak membalas.
  4. Memperlakukan orang lain dengan baik, meskipun orang lain memperlakukan kedapa dirimu tidak baik.
  • Renungan : Bila "kemampuanmu" (harta, kekayaan, kedudukan dan ilmu) mengajakmu berbuat aniaya kepada orang lain, maka ingatlah kemahamampuan Allah swt berbuat kepadamu.
17. Tidak Menjelekkan Orang Lain
  • Kita hendak mengkritik, mengoreksi, mengarahkan, Rasulullah saw selalu menggunakan kata-kata dan kalimat yang tidak menyinggung perasaan secara langsung.
  • Renungan : Jadilah bak lebah, hinggap di tempat yang baik dan menghindar dari yang tidak baik. Jangan seperti lalat yang selalu mencari-cari borok.

Sabtu, 04 Januari 2014

MANUSIA DAN HARAPAN


MANUSIA DAN HARAPAN





Pengertian Harapan

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan sebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya, harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, di batin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara terapi/proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis". Kalimat lain "harapan palsu" adalah kondisi dimana harapan dianggap tidak memiliki dasar kuat atau berdasarkan khayalan serta kesempatan harapan tersebut menjadi nyata sangatlah kecil.
Setiap manusia pasti mempunyai harapannya masing-masing. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu dapat dikatakan mati dalam hidup karena harapan juga merupakan suatu acuan untuk melangkah ke depan. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu Harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha yang keras dam sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.

SEBAB-SEBAB MANUSIA MEMPUNYAI HARAPAN

Ada 2 hal yang menyebabkan seseorang memiliki harapan, yaitu :

Dorongan Kodrat

Kodrat adalah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terwujud dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, sedih, dan bahagia. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat, dan hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat inilah, manusia memiliki harapan.

Dorongan Kebutuhan Hidup

Manusia memiliki kebutuhan hidup, umumnya adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya. Menurut Abraham Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan atau kebutuhan manusia itu adalah :

Ø  Kelangsungan hidup (survival).
Ø  Keamaanan (safety).
Ø  Hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (be loving and loved).
Ø  Diakui lingkungan (status).
Ø  Perwujudan cita-cita (self-actualization).

Dengan adanya dorongan kordat dan dorongan kebutuhan hidup, maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

 Harapan Sebagai Fenomena Nasional

         Aritnya harapan ialah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia dimana pun berada, mengutip pandangan A.F.C Wallace dalam bukunya culture and personality, menegaskan bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi poko dari unsure kepribadian yang merupakan sasaran dari kehendak, harapan, keinginan serta emosi seseorang.

a.       Kebutuhan individu dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi :

Ø  Kebutuhan organik individu
·         kebutuhan individu bernilai positive
·         kebutuhan individu bernilai negative
b.       Kebutuhan psikologi individu

Ø  kebutuhan psikologi individu bersifat positif

Nilai-Nilai Budaya Sebagai Tolak Ukur Harapan

Dalam hasil budaya yang berupa sastra, dapat dihayati adanya kandungan nilai budaya yang dibawa penulisnya sebagai gagasan utama. Dalam sastra jawa misalnya antara lain terdapat nilai budaya meliputi :

Ø  Nilai perjuangan dan semangat pengorbanan
yaitu, nilai perjuangan sebagai tolak ukur dan diharapkan dimiliki masyarakat, seperti kesetiaan, kesungguhan, kedisiplinan, dll
Ø  Nilai ke rumah tanggaan
yaitu nilai yang diharapkan berkembang dalam setiap keluarga
Ø  Nilai kemandirian kaum wanita
yaitu, nilai yang diharapkan dapat dimiliki setiap wanita

SUMBER :

1.http://id.wikipedia.org/wiki/Harapan
2.http://febriyanikristianti.blogspot.com/2012/06/pentingnya-sebuah-harapan.html
3.http://triicecsfabregas.blogspot.com/2012/01/manusia-dan-harapan.html